Featured Post Today
print this page
Latest Post

Sapu Kelud Asli Semen


Sepotong sepet (bungkus batok kelapa) seharga Rp 25,- disulap menjadi uang ribuan rupiah? Lantas seperti apa caranya? Semua akan terjawab jika berpindah ke tangan ahlinya. Buktinya ada di Dusun Gebangsewu, Desa Semen, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi.

Dusun Gebangsewu terletak kurang lebih 20 km dari Kota Ngawi ke arah selatan. Mayoritas penduduk bekerja sebagai petani, namun usaha sampingan tetap dikembangkan salah satunya adalah kerajinan sapu kelud. Awalnya usaha tersebut berkembang secara turun temurun dari nenek moyang bernama Mbah Seno. Beliau merupakan tawanan di zaman penjajahan. Pada saat menjadi tawanan  beliau belajar membuat kerajinan sapu dari serabut kelapa, kemudian diwariskan kepada sanak saudara serta tetangga disekitar rumah. Hingga kini hampir seluruh warga di RT 02 RW 13 Dusun Gebangsewu menjadi pengusaha sapu kelud.

Industri rumahan ini dapat meningkatkan kesejahteraan, karena omset penjualan kerajinan ini mencapai puluhan juta rupiah setiap bulan. Daerah pemasaran hasil kerajinan sapu kelud telah  menjangkau Caruban, Madiun dan Magetan. Salah seorang pengrajin yang hingga kini masih aktif membuat sapu kelud; Abdul Khoiri menuturkan bahwa dalam sehari beliau dapat memproduksi puluhan sapu siap jual. Bahan bakunya berasal dari para pedagang kelapa dari sekitar dan luar desa.

Proses pembuatan sapu kelud memakan waktu yang cukup lama, yakni dimulai dari memukuli sepet agar kulit luarnya mengelupas. Kemudian sabut tersebut direndam selama satu malam, dan pada hari selanjutnya sabut dipukuli lagi agar sabut lentur dan tidak kaku. Lalu sabut dijemur hingga kering dan siap untuk dirangkai menjadi sapu-sapu siap jual. Dalam merangkai sapu diperlukan pegangan yang terbuat dari bilahan bambu dan tali untuk menjahit tiap potongan serabut agar menjadi sebuah sapu utuh. Setiap sapu dihargai mulai Rp 2.000,- hingga Rp 7.000,- tergantung kualitas dan ketebalan sapu.

Sapu kelud asli Desa Semen memiliki keunggulan dibandingkan sapu-sapu lain. Salah satu keistimewaannya adalah sapu kelud ini dapat digunakan dalam waktu yang cukup lama yaitu dapat bertahan hingga 1-5 tahun. Keunggulan lainnya, sapu tidak mudah patah, karena pegangan yang digunakan berasal dari jenis bambu ori yang tahan lama dan tidak mudah lapuk. Kini para pengrajin sapu kelud mempunyai kendala pada modal untuk melanjutkan keberlangsungan industri rumahan yang sudah ada sejak puluhan tahun. Sehingga kita harus mendongkrak usaha asli dalam negri ini demi kemajuan perekonomian Indonesia. Semangat berjuang para wirausahawan asli Desa Semen !!!!! [kkn uns 2015]

Info lebih lanjut silakan hubungi bapak Abdul Khoiri (087858294644).






















2 komentar

Briket Tempurung Kelapa: Dari Limbah Jadi Berkah

Limbah kelapa membawa berkah. Ungkapan tersebut tepat untuk tanaman yang akar hingga buahnya memiliki segudang manfaat. Sejak 2010 Pak Nur Mahmudi, seorang wirausahawan muda asal Desa Semen, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi mampu memaksimalkan potensi bisnis dari limbah kelapa. Berawal dari ketidaksengajaan sang kakak yang bertemu dengan seorang sopir pengantar briket arang kelapa.

Briket tempurung kelapa merupakan bahan bakar alternatif yang terbuat dari limbah tempurung kelapa. Tempurung kelapa tersebut diolah menjadi briket dan diharapkan menjadi bahan bakar pengganti pilihan bagi masyarakat. Briket arang dari tempurung kelapa ini mempunyai banyak manfaat misalnya jumlah kalori pembakarannya tinggi; mencapai 7000 kKal sehingga secara ekonomis lebih hemat. Selain itu, briket ini juga dapat dimanfaatkan untuk Sisha. Beberapa negara di Eropa, briket ini dimanfaatkan sebagai bahan untuk tungku pembakaran di musim dingin. Sedangkan di beberapa negara Asia khususnya Tiongkok dan Korea Selatan briket ini dimanfaatkan untuk industri makanan dan restoran.

Bisnis ini berawal dari modal Rp.350 untuk per kg batok kelapa, sampai saat ini mencapai Rp. 800 hingga Rp.1000 per kg batok kelapa. Karena semakin banyak orang yang sadar akan manfaat batok kelapa sehingga persaingan harga semakin ketat. Untuk suplai limbah Pak Nur biasanya mengambil dari beberapa daerah khususnya di luar Jawa seperti NTT dan Sulawesi. Terkadang mendapat kendala berupa minimnya suplai bahan dan kenaikan harga BBM. Namun hal ini bukan sebagai penghalang Pak Nur untuk mengembangkan bisnisnya.

Untuk saat ini Pak Nur konsentrasi pada pasar ekspor seperti Tiongkok dan Korea Selatan. Karena hampir 80% hasil produksinya dijual kesana. Namun, usaha ini masih menemui beberapa kendala seperti keterbatasan alat, bahan baku dan tenaga kerja. Pak Nur sering menjual limbah batok kelapanya dalam bentuk arang, dengan kisaran harga hanya Rp 3800 per kg atau dalam bentuk briket yang belum di packing dengan kisaran harga Rp 9000 per kg. Sedangkan harga briket dalam kemasan dapat mencapai angka Rp 20.000 per kg. Pak Nur berharap kelak dapat membuat briket dalam bentuk labelling dan packaging secara paten sehingga dapat merealisasikan pemaksimalan omsetnya. [kkn uns 2015]
2 komentar

Ayam Potong Bohay Pak Kirno


Memulai suatu usaha ibarat menanam suatu pohon, sulit tetapi tidak menutup kemungkinan untuk berhasil, perlu kesabaran, ketekunan, dan kerja keras untuk bisa menuai hasil yang memuaskan. Demikian juga dengan usaha ayam potong. Permintaan protein hewani di masyarakat yang semakin meningkat dari hari kehari membuat usaha ini menjadi salah satu usaha yang menanjikan, tapi agar usaha tersebut berhasil tentu butuh kesabaran, ketekunan, dan kerja keras tersebut. Itulah yang mungkin dipikirkan oleh Pak Sukirno.

    Pria kelahiran Ngawi 1 Mei 1976 ini telah menggeluti bisnis ayam potong selama kurang lebih 3 tahun. Berawal dari perbincangan dengan teman, Pak Kirno yang dulu pernah bekerja di sebuah agensi travel dari Jogjakarta - Pekalongan ini akhirnya berani untuk membangun bisnis ini pada awal tahun 2012 silam dengan metode kemitraan yang didapatkannya dari relasi bersama temannya.

    Peternakan yang Pak Kirno didirikan di awal tahun 2012 itu memiliki kapasitas kandang sebesar 2000 ekor ayam sesuai dengan permintaan mitranya, dan memakan waktu pembangunan selama kurang lebih 3 bulan. Peternakan ayam Pak Kirno berada di Kabupaten Ngawi, tepatnya di Dusun Cungbelut, Desa Semen, Kecamatan Paron. Karena berbasis kemitraan, maka bibit, pakan, vitamin, dan pemasarannya disediakan oleh pihak mitra, sedangkan kandang dan semua peralatan yang dibutuhkan untuk perawatan ayam dan kandang Pak Kirno lah yang menyediakannya secara pribadi. Harga ayam potong dipasaran berkisar 20-25 ribu rupiah/kg. Ayam potong Pak Kirno ini membutuhkan waktu sekitar 35 hari untuk siap panen dan membutuhkan waktu sekitar dua minggu untuk sterilisasi kandang yang nantinya digunakan untuk ayam-ayam baru. Untuk soal pakan, Pak Kirno biasa memberi pakan ayam-ayamnya dua kali sehari, sedangkan untuk pemberian vitamin disesuaikan dengan standar yang telah ditetapkan oleh pihak mitra.

    Kendala yang dihadapi Pak Kirno selama ini adalah Masalah mengenai cuaca panas dimusim kemarau, suhu yang baik untuk ayam potong biasanya antara 26oC-27oC, sedangkan suhu untuk bibit ayam yang baru berkisar 32oC, sedangkan suhu udara di daerah Ngawi sendiri bisa mencapai 30oC-32oC dimusim kemarau, suhu ini tentu mengganggu pertubuhan dan kesehatan si ayam potong itu sendiri. Untuk masalah bau yang dihasilkan kotoran ayam, Pak Kirno mengatasinya dengan memberi gamping untuk mengurangi bau yang dihasilkan.

    Saat ini Pak Kirno sedang memperluas dan mengembangkan kandang ayam potongnya menjadi kapasitas 3000 ekor. Bagi yang tertarik dan ingin membeli ayam potong bohay dari Desa Semen ini dapat langsung menghubungi Pak Sukirno 085643881211. Harapan Pak Kirno kedepannya yaitu ingin memanfaatkan tanaman herbal untuk menjadi vitamin bagi ayam-ayamnya sebagai pengganti vitamin kimiawi yang biasa digunakan. [KKN UNS 2015]
28 komentar

Mutiara dari Ujung Semen

Banyak jalan menuju Roma. Banyak cara menuju sukses. Hal ini seperti jalan hidup yang dipilih Pak Suwondo sebagai wirausahawan ayam petelur. Beliau kini telah sukses dengan usaha peternakan ayam petelur. Usaha ini terinsipirasi dari obrolan ringan dengan seorang teman yang menjadi peternak ayam petelur dari Magetan.

Usaha ini dirintis sejak tahun 2013. Sekarang ayam petelur  yang dipelihara mencapai sekitar 200 ekor, jumlah ini mengalami penurunan karena keterbatasan tenaga operasional yang dimiliki oleh Pak Suwondo. Sebelumnya Pak Suwondo mengelola bisnis telur ayam ini bersama anaknya. Tetapi sekarang beliau mengelola usahanya  sendiri, sehingga kurang mampu untuk memelihara ayam dalam jumlah yang banyak.
Pak Suwondo merawat ayam petelurnya dengan tekun untuk mengoptimalkan hasil produksinya.

Ayam-ayam diternakkan oleh beliau diberi pakan 2 kali sehari; pukul 7 pagi dan pukul 4 sore. Pakan tersebut merupakan campuran antara katul, jagung dan konsentrat. Setiap seminggu sekali pakan dicampur dengan masamix super. Setiap hari ayam bertelur sebanyak 2 kali, sedangkan pengecekan telur dilakukan setiap pukul 10 pagi. Pemeliharaan tidak hanya berkaitan dengan pola makan ayam, tetapi juga dengan kondisi kesehatannya. Kondisi kesehatan ayam, seperti stres akan mempengaruhi banyaknya jumlah telur yang dihasilkan. Bila dalam dua hari berturut – turut ayam tidak bertelur maka perlu dilakukan pengobatan untuk mengurangi kadar stres pada ayam, sehingga hasil produksinya dapat kembali stabil. Selain itu, kebersihan lingkungan juga harus diperhatikan untuk menghasilkan telur yang minim bakteri. Kemudian penyemprotan kandang yang dilakukan setiap minggu. Selain itu setiap tiga bulan sekali ayam disuntik vaksin dan setiap seminggu sekali ayam diberikan tetes vitamin.

Usaha Pak Suwondo menghasilkan sekitar 10 – 11 kg telur setiap hari, jumlah tersebut merupakan 85% dari jumlah keseluruhan ayam yang bertelur. Kencenderungan kerugian sekitar 15%. Biasanya setiap ekor ayam bertahan hingga 18 bulan. Jika ayam tersebut tidak lagi produktif menghasilkan telur, ayam tersebut akan dijual seharga Rp. 13.000,- per kg. Stok ayam baru akan dipesan tiga bulan sebelumnya dari Magetan dengan harga antara Rp. 40.000,- sampai Rp. 70.000,- per ekor. Jika anda berminat untuk mencoba mutiara dari ujung

Semen ini silahkan hubungi Bapak Suwondo: 081234479145.
Pak Suwondo mendapat keuntungan 1,5 juta perbulan. Bisnis ini cukup menjanjikan dan mempunyai prospek. Selain laba bersih dari telur, Pak Suwondo juga memanfaatkan limbah kotoran ayamnya untuk menghasilkan pupuk kompos. Pak Suwondo berharap dari usaha yang dijalaninya saat ini dapat memperbanyak jumlah ayamnya  agar  lebih berkembang.
5 komentar

Lina Sentra Asul-Asul: Temukan Sensasi Baru dari Sekeping Kerupuk


Di masa kecil kita sering menanti oleh – oleh  dari bapak atau kakek sepulang dari  hajatan, pengajian, dll. Sebuah bungkusan plastik yang kita harapkan berisi roti, nasi beserta lauk, dan beberapa jenis jajanan pasar. Itulah tradisi asul – asul dari kata wangsul yang berarti oleh – oleh  dalam bahasa jawa timur. Di Desa Semen, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi ini kita akan menemui tradisi asul – asul yang berbeda. Disini kita akan menemui berbagai macam kerupuk seperti kerupuk rambak, kerupuk bola, kerupuk jari, makaroni, keripik tempe dan keripik ketela sebagai asul - asul.

Salah Satu pengrajin kerupuk asul – asul  untuk hajatan adalah Lina Sentra Asul Asul. Usaha ini di miliki oleh Bapak Muh. Ali Shadiqin dan dirintis sejak tahun 2006. Lina Sentra Asul-Asul menawarkan  produk unggulan berupa kerupuk bola , kerupuk rambak, kerupuk jari, makaroni, keripik tempe dan keripik ketela. Kerupuk  yang di buat oleh Bapak dua anak ini berbeda dari kerupuk-kerupuk lain. Dimulai dari  rasanya yang lebih gurih dengan paduan racikan bumbu yang pas dan lebih terasa dalam setiap gigitannya.

Selanjutnya kerenyahan kerupuk yang membuat penikmatnya enggan untuk berhenti mengunyahnya. Karena keunggulan yang dimiliki oleh kerupuk ini membuatnya terkenal hingga keluar Kecamatan Paron, seperti
Kecamatan Geneng dan Kecamatan Kedunggalar. Beliau menjual hasil produksinya dimulai dari harga Rp. 2000,00. Pemesanan dapat dilayani melalui nomor Handphone 085235100410. Selain itu usaha yang dimiliki oleh lelaki berusia 39 tahun ini termasuk binaan PNPM Mandiri UPK Paron (Program  Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Unit Pengentasan Kemiskinan Kecamatan Paron).

Usaha milik Bapak Ali ini berawal dari pekerjaan beliau sebagai pemasok krupuk asin dan kerupuk bandung hasil produksi mertuanya yang dijual ke warung-warung di wilayah Kabupaten Ngawi. Kemudian usaha ini muncul ketika Pak Ali mendapatkan sebuah proyek berupa pesanan kerupuk untuk dijadikan asul- asul (buah tangan) di hajatan saudaranya dalam jumlah yang cukup besar. Asul – asul buatan Pak Ali ini mendapat pujian dari para tetangga.  Pesanan Asul – Asul pun mulai banyak berdatangan  dari para tetangga. Usaha yang semula dikerjakan oleh Pak Ali dan istrinya kemudian berkembang. Sekarang mereka dibantu oleh tiga pekerja. Usaha yang dulunya hanya memproduksi jika pesanan datang sekarang beliau bisa menghabiskan 6 kuintal tepung dan belasan liter minyak goreng dalam sebulan. Sekarang usaha kerupuk asul – asul LINA yang diambil dari nama pasangan suami istri Lina dan Ali pemilik usaha ini

telah menjadi sentra asul-asul sebagai dari Desa Semen, Kecamatan Paron, Kabuaten Ngawi. Harapan selanjutnya Pak Ali ingin mengembangkan usahanya sebagai pemasok kerupuk mentah di pedagang pasar dan warung.
1 komentar

Bisnis Jamur Tiram yang Kain Menjamur


Indonesia telah lama dikenal sebagai “Surga Tumbuhan”, berbagai macam tumbuhan tumbuh subur di Indonesia. Salah satunya adalah  jamur. Bahkan sejak tahun 1980-an, Indonesia telah menjadi negara peng-eksport jamur dunia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia budidaya jamur konsumsi di Indonesia kian menunjukan perkembangan yang cukup signifikan. Kondisi iklim tropis yang dimiliki Indonesia juga menjadi salah satu faktor berkembangnya industri usaha budidaya di bidang Jamur.

Bapak Ahmad Mashuri merupakan salah satu pelaku usaha dibidang budidaya Jamur, yang beralamat di Desa Semen Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi. Usaha Jamur Tiram yang beliau tekuni saat ini berawal dari masukan teman, kemudian  beliau mengikuti pelatihan Jamur di Karanganyar selama 1 (satu) minggu dengan modal awal 3000 baglog. Belum ada satu bulan bertepatan dengan Lebaran tahun 2011 permintaan konsumsi jamur dari pelanggan meningkat sangat pesat. Sejak saat itu bisnis jamur Pak Mashuri mulai berkembang sampai saat ini.

Selain pembibitan yang dilakukan sendiri, pak Mashuri juga memperhatikan kualitas Jamur yang ia tanam dengan selalu menjaga tingkat kelembapan tempat budidaya jamur miliknya, yang membuat jamur yang dihasilkan memiliki kandungan air yang rendah serta memiliki tekstur yang menjadi lebih padat dan kenyal. Disamping itu Jamur milik pak Mashuri memiliki kelebihan tidak lembek, fresh, dan tidak mudah hancur ketika diolah.

Tidak berhenti disitu saja, selain jamur tiram Bapak Mashuri juga mengembangkan usaha dengan menggunakan bekas baglog untuk budidaya cacing. Padahal jika dijual harga baglog bisa mencapai Rp. 5000,-/kg, namun menurut beliau prospek budidaya cacing cukup bagus, dengan pertimbangan manfaat dari budidaya cacing yaitu bisa digunakan untuk kosmetik, obat-obatan, pakan ternak, dsb. Selain bisnis jamur tiram Pak Mashuri juga mengambah budidaya jamur yang lain seperti jamur Ling Zhi yang bermanfaat sebagai sarana detoktifikasi untuk obat penyakit stroke, ginjal, batu empedu, dan sebagainya.  Jamur tiram pak Mashuri dijual dengan harga Rp. 12.000,-/kg dan Rp. 350.000,-/kg untuk jamur Ling Zhi.  Kedepannya Bapak Mashuri juga akan memperkenalkan jenis-jenis jamur tiram yang lain dengan warna yang berbeda. Jika saat ini yang kita tahu hanyalah jamur dengan warna putih, kenyataannya terdapat jamur tiram dengan warna pink, biru, coklat, dan abu-abu. (Pak Ahmad Mashuri: 0822 3338 3110 , 0819 1480 6864)
1 komentar

Si Leli dan Si Gigi dari Semen (Peternakan Lele dan Gurame Pak Widodo)

Leli dan Gigi merupakan dua produk dari peternakan ikan yang dimilki oleh Bapak Widodo. Usaha ini berawal dari hobi di masa muda bapak satu anak ini. Peternakan ikan ini terletak di dusun Gebangsewu, RT. 001, RW. 014, Desa Semen, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi, bertepatan di kediaman beliau. Peternakan ini menghasilkan dua produk yaitu Leli (lele) dan Gigi (gurame).


Pada tahun 2006, Pak Widodo mulai menjual hasil ternaknya sendiri di pasar. Si Leli dan Si Gigi ini mempunyai area pemasaran di dua pasar lokal; Pasar Semen dan Pasar Kedungputri. Selama 9 tahun beternak, Pak Widodo hanya menjual Si Leli dan Si Gigi segar. Namun ada pelayanan tambahan berupa pembersihan atau beteti jika ada permintaan dari konsumen. Si Leli dijual dengan harga Rp 17.000 per kg. Sedangkan Si Gigi dijual dengan harga Rp. 30.000 per kg.

Keunggulan pertama dari produk peternakan ikan ini terletak pada bibitnya. Terutama bibit lele yang digunakan. Pak Widodo hanya menggunakan bibit lele bersertifikat BBAT yang berasal dari Sine, Ngawi. Sedangkan untuk gurame, beliau melakukan pembibitan sendiri. Keunggulan kedua yaitu pakan yang dikonsumsi oleh ikan-ikan di peternakan ini, misalnya untuk lele hanya diberi pelet. Selain itu lele juga diberi vitamin probiotik buatan sendiri yang berasal dari campuran air, minuman probiotik dan air kelapa.

Keunggulan ketiga yaitu kualitas air pada kolamnya, meskipun lele bukan jenis ikan yang menyukai air bersih. Namun air pada kolam peternakan ini selalu dikuras secara teratur, sehingga rasa dagingnya lebih enak dan gurih. Selain itu ketika pengurasan dilakukan kolam lele diberi garam untuk membunuh bakteri. Keunggulan keempat yaitu melayani pembelian langsung di tempat peternakan atau di rumah Bapak Widodo. Pembeli diijinkan untuk mengecek secara langsung ke kolam. Jika anda berminat untuk mencoba Si Leli dan Si Gigi dari

Semen ini silahkan hubungi Pak Widodo 08125203230. Ayo buktikan bedanya!



1 komentar
 
Support : Creating Website | www.dongleor.blogspot.com | .
Copyright © 2011. SEMEN MANDIRI MAJU - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger